Rabu, 14 November 2012

½ True Story

½ True Story

Bagian pertama dari keputusan yang berhasil adalah membuat keputusan itu. Tindakan membuat suatu keputusan hampir selalu lebih penting daripada hakikat keputusan itu sendiri. Sebaliknya, tidak membuat keputusan akan membuat semua pilihan tidak berlaku lagi karena tindakan itu melumpuhkan kita. (Bob Urichuck)
Dua ekor katak tercebur kedalam ember berisi susu. Mereka pun kemudian mencoba berenang agar tak tenggelam. Tapi usaha mereka sia-sia karena mereka tak juga bisa keluar dari ember susu itu. Kata yang pertma menyerah, dia menyilangkan kaki pada badannya, lalu tenggelam dan mati. Sedangkan katak yang kedua tak putus ada. Dia terus berenang, hingga merasakan bahwa susu dalam ember itu perlahan-lahan menjadi padat. Maka dia pun terus berengang meski tak juga bisa keluar dari ember. Sampai akhirnya susu dalam ember itu berubah padat menjadi keju, dan si katak yang pantang menyerah iru pun keluar dari dalam ember.
Pemenang terus bergerak dan bertahan dalam kesulitan, pecundang memilih menyerah dan dikalahkan oleh kesulitan.
Dua ekor kambing jatuh kedalam lubang yang cukup dalam, dan mereka kesulitan untuk bisa keluar dari situ. Sialnya lagi tanah diatas mereka kemudian longsor dan jatuh menimbun kedalam lubang tempat mereka terperangkap. Seekor diantara mereka langsung membaringkan tubuhnya dengan pasrah dan bersiap-siap untuk terkubur dalam longsoran tanah. Dia merasa tidak ada gunanyauntuk melawan. Maka tak lama kemudian kambing pertama pun terkubur dalam tanah dan mati kehabisan napas. Kambing kedua berbeda. Dia tak langsung menyerah seperti kawannya. Ketika longsoran tanah dari atas menimbun lubang itu, sia pun mengibas-ngibas tubuhnya hingga tanah berjatuhan dari punggungnya. Semakin lama, tanah tempatnya berpijak semakin tinggi. Sampai kemudian, ketika lubang itu hampir tertutup semua dengan tanah, kambing yang tak menyerah ini pun bisa keluar dengan gampang.
Kaum pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan, sementara kaum optimis melihat kesempatan dalam kesulitan.
Dua orang laki-laki duduk dibangku taman memandangi seekor tupai melompat dari sebatang pohon yang tinggi ke pohon lainnya. Tupai rupanya akan mencapai ranting yang terlalu jauh dari jangkauannya sehingga lompatan itu kelihatan seperti bunuh diri. Tupai akan meleset, tetapi selalu bisa mendarat dengan selamat di cabang lain di bawahnya, kemudian tupai memanjat ke ranting yang menjadi tujuannya dan tampak merasa puas;
Laki-laki yang tua berkata kepada laki-laki yang muda,”saya sudah melihat banyak tupai melompat seperti itu, terutama kalau ada binatang pemangsa didekatnya, dan mereka tidak pernah jatuh ketanah. Banyak diantara mereka yang meleset mencapai ranting yang ditujunya, tetapi saya belum pernah melihat ada tupai yang celaka dalam mencobanya.” Kemudian dia tertawa dan berkomentar,”saya rasa mereka paling tidak harus mengambil satu resiko atau mereka akan tetap berada di sebatang pohon seumur hidup.”
Setelah pengalaman itu, setiap kali laki-laki muda ini harus memilih antara mengambil resiko dalam situasi baru atau tetap bertahan, dia membayangkan laki-laki tua dibangku taman yang mengatakan, “mereka harus mengambil resiko kalau tidak ingin seumur hidupnya disebatang pohon saja.” Laki-laki yang lebih muda ini memikirkan dirinya...kalau seekor tupai saja berani mengambil resiko...apakah saya kalah berani dengan seekor tupai...?

0 komentar:

Posting Komentar

 
;