½
True Story
Bagian
pertama dari keputusan yang berhasil adalah membuat keputusan itu.
Tindakan membuat suatu keputusan hampir selalu lebih penting daripada
hakikat keputusan itu sendiri. Sebaliknya, tidak membuat keputusan
akan membuat semua pilihan tidak berlaku lagi karena tindakan itu
melumpuhkan kita. (Bob Urichuck)
Dua
ekor katak tercebur kedalam ember berisi susu. Mereka pun kemudian
mencoba berenang agar tak tenggelam. Tapi usaha mereka sia-sia karena
mereka tak juga bisa keluar dari ember susu itu. Kata yang pertma
menyerah, dia menyilangkan kaki pada badannya, lalu tenggelam dan
mati. Sedangkan katak yang kedua tak putus ada. Dia terus berenang,
hingga merasakan bahwa susu dalam ember itu perlahan-lahan menjadi
padat. Maka dia pun terus berengang meski tak juga bisa keluar dari
ember. Sampai akhirnya susu dalam ember itu berubah padat menjadi
keju, dan si katak yang pantang menyerah iru pun keluar dari dalam
ember.
Pemenang
terus bergerak dan bertahan dalam kesulitan, pecundang memilih
menyerah dan dikalahkan oleh kesulitan.
Dua
ekor kambing jatuh kedalam lubang yang cukup dalam, dan mereka
kesulitan untuk bisa keluar dari situ. Sialnya lagi tanah diatas
mereka kemudian longsor dan jatuh menimbun kedalam lubang tempat
mereka terperangkap. Seekor diantara mereka langsung membaringkan
tubuhnya dengan pasrah dan bersiap-siap untuk terkubur dalam
longsoran tanah. Dia merasa tidak ada gunanyauntuk melawan. Maka tak
lama kemudian kambing pertama pun terkubur dalam tanah dan mati
kehabisan napas. Kambing kedua berbeda. Dia tak langsung menyerah
seperti kawannya. Ketika longsoran tanah dari atas menimbun lubang
itu, sia pun mengibas-ngibas tubuhnya hingga tanah berjatuhan dari
punggungnya. Semakin lama, tanah tempatnya berpijak semakin tinggi.
Sampai kemudian, ketika lubang itu hampir tertutup semua dengan
tanah, kambing yang tak menyerah ini pun bisa keluar dengan gampang.
Kaum
pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan, sementara kaum
optimis melihat kesempatan dalam kesulitan.
Dua
orang laki-laki duduk dibangku taman memandangi seekor tupai melompat
dari sebatang pohon yang tinggi ke pohon lainnya. Tupai rupanya akan
mencapai ranting yang terlalu jauh dari jangkauannya sehingga
lompatan itu kelihatan seperti bunuh diri. Tupai akan meleset, tetapi
selalu bisa mendarat dengan selamat di cabang lain di bawahnya,
kemudian tupai memanjat ke ranting yang menjadi tujuannya dan tampak
merasa puas;
Laki-laki
yang tua berkata kepada laki-laki yang muda,”saya sudah melihat
banyak tupai melompat seperti itu, terutama kalau ada binatang
pemangsa didekatnya, dan mereka tidak pernah jatuh ketanah. Banyak
diantara mereka yang meleset mencapai ranting yang ditujunya, tetapi
saya belum pernah melihat ada tupai yang celaka dalam mencobanya.”
Kemudian dia tertawa dan berkomentar,”saya rasa mereka paling tidak
harus mengambil satu resiko atau mereka akan tetap berada di sebatang
pohon seumur hidup.”
Setelah
pengalaman itu, setiap kali laki-laki muda ini harus memilih antara
mengambil resiko dalam situasi baru atau tetap bertahan, dia
membayangkan laki-laki tua dibangku taman yang mengatakan, “mereka
harus mengambil resiko kalau tidak ingin seumur hidupnya disebatang
pohon saja.” Laki-laki yang lebih muda ini memikirkan
dirinya...kalau seekor tupai saja berani mengambil resiko...apakah
saya kalah berani dengan seekor tupai...?
0 komentar:
Posting Komentar